INFORMASI SINTAKSIS, SEMANTIK DAN PRAGMATIK
INFORMASI SINTAKSIS, SEMANTIK DAN
PRAGMATIK
MAKALAH
Untuk
memenuhi tugas matakuliah Sistem Informasi Manajemen
yang
dibina oleh Bapak Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd
Oleh:
Kelompok
2
Asmaul Kusna 170131601064
Jihan Naziha Falahi 170131601018
Rizky Fitra Sanjaya 170131601048
Viana Rahmawati 170131601103
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
September
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehafirat
Allah SWT Yang Maha Esa atas limpahan segala rahmatnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Sistem Informasi Manajemen. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke
zaman yang terang benderang yakni addinul Islam.
Makalah
yang berjudul “Informasi
Sintaksis, Semantik Dan Pragmatik” ini
disusun sebagai kelengkapan tugas matakuliah Sistem Informasi Manajemen. Serta
tidak lupa kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Imam
Gunawan, S.Pd., M.Pd selaku
dosen pengampu matakuliah Sistem Informasi Manajemen yang telah membimbing dan
membagi pengalamannya kepada kami.
Dengan
segala kerendahan hati, kami memohon kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Malang,
9 September 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sintaksis 3
B. Sematik 5
C. Pragmatik 7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 11
DAFTAR RUJUKAN 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi oleh masyarakat sekarang ini sudah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat, karena kebermanfaatannya yang sudah sangat
membantu dalam berbagai hal. Akan tetapi diperlukan implementasi sistem
informasi manajemen pendidikan yang tepat agar pelaksanaan dan pemanfaatannya
optimal sesuai dengan kepentingan dan sasaran dunia pendidikan. Implementasi
sistem informasi manajemen beserta komponennya telah menandai terjadinya
revolusi peradaban yang memungkinkan pekerjaan-pekerjaan dalam sistem organisasi dapat di selesaikan
secara cepat, akurat, efektif dan efisien.
Dalam hal ini yang menjadi kunci utama tercapai
pemanfaatan sistem informasi manajemen adalah komunikasi. Dengan adanya
komunikasi yang baik akan tercipta kejelasan terhadap suatu informasi. Manusia dalam bertutur, bercerita
ataupun menyampaikan informasi dapat dikatakan sebagai kegiatan berbahasa.
Dalam kegiatan berbahasa akan muncul kalimat-kalimat sebagai penyalur
informasi. Maka dari itu terdapat suatu ilmu ketatabahasaan yang disebut ilmu
linguistik. Ilmu linguistik saat ini masih dianggap sulit oleh sebagian besar
manusia. Padahal ilmu linguistik merupakan ilmu yang bersifat umum dan hanya
mengkaji sebuah bahasa saja. Ilmu linguistik sejatinya merupakan ilmu yang
penting bagi penutur bahasa, karena untuk menciptakan komunikasi yang efektif
perlu memahami makna suatu bahasa dengan baik dan benar.
Secara
populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa
atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa sebagai objek
kajian linguistik dapat dibandingkan dengan fenomena-fenomena yang menjadi
kajian dari bagian ilmu lain. Dalam ilmu linguistik, banyak sekali
cabang-cabang keilmuan yang dipelajari, antara lain sintaksis, semantik, dan
pragmatik. Berdasarkan uraian di atas, penulis memaparkan sebuah makalah
mengenai informasi sintaksis, semantik, dan pragmatik.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan sintaksis?
2.
Apa yang dimaksud dengan semantik?
3.
Apa yang dimaksud dengan pragmatik?
C. Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari sintaksis.
2.
Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari semantik.
3.
Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari pragmatik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Informasi Sintaksis
Dalam suatu
organisasi informasi mempunyai peranan yang sangat penting. Tanpa informasi,
para anggota organisasi tersebut tidak dapat bekerja dengan efisien. Informasi
menurut Gaol (2008:7) adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk
para pengambil keputusan/manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang
sudah ditetapkan. Sedangkan menurut KBBI, informasi adalah keseluruhan makna
yang menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu. Dapat
disimpulkan informasi merupakan keterangan yang memberikan manfaat seperti
menambah pengetahuan dan memudahkan pengambilan keputusan bagi si penerima.
Dalam unsur
tata kebahasaan terdapat cabang ilmu bahasa (linguistic) yang mengatur hubungan
kata dengan kata lain atau dapat disebut stuktur bahasa yaitu sintaksis.
Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tata kalimat. Ilmu yang lebih
memfokuskan kajiannya pada kata, kelompok kata (frasa), klausa, dan kajian yang
berkaitan dengan jenis-jenis kalimat. Jenis-jenis kalimat tersebut, meliputi
kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat
transitif, dan kalimat intransitive. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), sintaksis adalah pengaturan hubungan kata dengan kata atau satuan lain
yang lebih besar; cabang linguistik tentang susunan kalimat dengan
bagian-bagiannya atau ilmu tata kalimat; subsistem ilmu bahasa yang mencakup
hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatikal; bagian lain ialah
morfologi). Sedangkan menurut Supriyadi (2014:1) sintaksis adalah bagian dari
tatabahasa yang membahas tentang kaidah penggabungan kata menjadi satuan
gramatik yang lebih besar yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta
penempatan morfem suprasegmental (intonasi) sesuai dengan struktur semantik
yang diinginkan pembicara sebagai dasarnya.
Dari segi
etimologi, menurut Verhaar dalam Suhardi (2013:13) kata sintaksis berasal dari
bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti dengan serta kata tattein
yang berarti menempatkan. Sehingga kata suntattein berarti
menempatkan kata atau ilmu tentang penempatan
kata atau ilmu tata kalimat. Dengan demikian, secara etimologi, kata sintaksis
berarti dengan menempatkan. Lebih lanjut lagi, menurut Ramlan dalam Noortyani
(2017:2) sintaksis berasal dari bahasa Belanda, syintaxis, yang kemudian dalam
bahasa Inggris menggunakan istilah syntax. Dengan kata lain sintaksis adalah
bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kaimat, klausa, dan frasa.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu tata bahasa
yang mempelajari tentang susunan kata dengan kata lain sehingga membentuk suatu
frasa, klausa, maupun kalimat. Menurut Supriyadi (2014:5) frasa adalah satuan
gramatik/kebahasaan yang terdiri atas satu kata atau lebih yang tidak melebihi
batas fungsi unsur klausa. Batas fungsi unsur klausa ada S, P, O, Pel, dan K.
Sedangkan klausa menurut Arifin dan Junaiyah (2009:34) adalah satuan gramatikal
yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan
predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Lebih lanjut lagi, kalimat adalah bagian
terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan (Supriyadi, 2014:54).
Menurut
Kridalaksana (2008) empat
macam alat sintaksis meliputi urutan, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas.
Dengan menggunakan urutan, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas yang
berbeda-beda dapat dibentuk frase, klausa, dan atau kalimat yang berbeda-beda. Konstruksi
frase pedagang panci dapat diubah urutannya menjadi panic pedagang. Demikian
pula konstruksi frase petani jeruk, gergaji mesin, dan rumah sewa dapat diubah
urutannya menjadi jeruk petani, mesin gergaji, dan sewa rumah. Konstruksi
klausa sapi itu makan rumput dapat diubah urutannya menjadi makan rumput, sapi
itu. Sehingga dapat dipahami bahwa urutan kata dapat dipakai untuk membentuk
berbagai konstruksi frase, klausa, dan kalimat.
Pemakaian
bentuk kata yang berbeda-beda juga dapat digunakan untuk membentuk konstruksi
sintaksis yang berbeda-beda. Pemakaian kata mencuci akan menghasilkan
konstruksi sintaksis yang berbeda dengan penggunaan kata dicuci. Contohnya: Ibu
mencuci baju dengan baju dicuci ibu. Perbedaan urutan kata tersebut disebabkan
oleh adanya perbedaan bentuk kata yang digunakan.
Intonasi
juga dapat membentuk konstruksi sintaksis yang berbeda-beda. Sebuah
konstruksi kalimat yang jenis dan urutan katanya sama dapat diubah menjadi
kalimat-kalimat yang berbeda dengan menggunakan intonasi yang berbeda. Seperti:
1.
Nenek kembali ke Jakarta. (intonasi berita)
2.
Nenek kembali ke Jakarta? (intonasi tanya)
3.
Nenek kembali ke Jakarta! (intonasi perintah)
Selanjutnya, pemakaian kata tugas yang
berbeda-beda juga dapat digunakan untuk menyusun konstruksi sintaksis yang bentuk
dan maknanya berbeda-beda. Seperti:
1.
Kakak dan adik (bermakna penjumlahan)
2.
Kakak atau adik (bermakna pemilihan)
Perbedaan
makna kedua konstruksi frase itu disebabkan oleh perbedaan kata tugas yang
digunakan, yaitu kata tugas dan dan atau.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa
informasi semantik dibutuhkan dalam sistem infomasi manajamen agar tidak
terjadi kerancuan dalam penafsiran. Dalam penyampaian informasi dibutuhkan
kalimat yang baik sesuai bahasa Indonesia yaitu memakai struktur subyek, predikat,
objek, dan keterangan yang dapat dijadikan kalimat berbeda-beda dengan
menggunakan alat sintaksis. Sehingga informasi yang sesuai kaidah ini dapat
disebarkan dan melancarkan berbagai fungsi manajemen dalam suatu organisasi.
Sintaksis juga berperan dalam pemrograman yang harus sesuai dengan aturan
struktur bahasa agar program berjalan dengan lancar.
B.
Informasi Semantik
Setiap
kata demi kata tentulah memiliki sebuah arti. Bidang studi dalam linguistik
yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa ialah semantik. Kata semantik dalam bahasa Indonesia
(Inggris: semantics) diturunkan dari
kata bahasa Yunani Kuno sema (bentuk nominal) yang berarti "tanda" atau "lambang". Bentuk
verbalnya adalah semaino yang berarti menandai"
atau "melambangkan". Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata
"sema" itu adalah tanda linguistic (Prancis:
signe linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure dalam Chaer dan Muliastuti (2014:3). Sudah
disebutkan bahwa tanda linguistik itu terdiri dari komponen penanda (Prancis: signifie) yang
berwujud bunyi, dan komponen petanda (Prancis:
signifie) yang berwujud konsep atau makna.
Menurut
KBBI, semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai
seluk beluk dan pergeseran arti kata; bagian struktur bahasa yang berhubungan
dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. Sedangkan menurut Cann
(1994:1), semantik adalah ilmu tentang makna dan ilmu tentang makna yang
diekspresikan oleh kata, frase, dan kalimat dari bahasa manusia. Semantik merupakan suatu bagian dari
tata bahasa yang menyelidiki tentang tata makna atau arti kata dan bentuk
linguistik, yang berfungsi sebagai simbol dan peran yang dimainkan dalam
hubungannya dengan kata-kata lain dan tindakan manusia (Partanto dan Albarry,
1994:700). Matthews (1997:337) mendefinisikan arti
sebagai hubungan antara bentuk bahasa dengan sesuatu diluar bahasa, sedangkan
makna didefinisikan sebagai hubungan di antara kata itu sendiri di dalam
bahasa. Dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna kata, frasa,
maupun kalimat dalam sebuah bahasa. Semantik merujuk kepada makna
perkataan sedangkan sintaksis merujuk kepada struktur kebahasaan.
Dalam satu bahasa, makna kata terkadang
saling berhubungan dengan kata yang lain. Hal ini dinamakan relasi makna.
Relasi makna ini mewujud dalam berbagai jenis, seperti homonimi, polisemi,
sinonimi, antonimi, hiponimi dan meronimi. Darmojuwono dan Kushartanti (2005:116) menjelaskan bahwa
hiponimi adalah relasi makna antarkata yang penulisan dan pelafalannya sama
tetapi maknanya berbeda, contohnya ada pada kata tahu, yang bisa diartikan
sebagai jenis makanan dari ampas tempe tapi juga bisa diartikan sebagai
“paham”. Yang kedua adalah polisemi, merupakan kata yang memiliki beberapa makna
berhubungan. Bebeda dengan sinonimi yang merupakan relasi makna antarkata yang
maknanya sama. Selanjutnya antonimi, yang artinya relasi kata yang bertentangan
maknanya. Kelima ada hiponimi, adalah relasi makna berkaitan dengan peliputan
makna spesifik dan makna general. Dan selanjutnya ada meronimi, yaitu relasi
makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karna di meronimi ini makna
bersifat hirarkis dan lebih menjelaskan makna bagian dengan makna keseluruhan,
lebih jelasnya bisa dilihat pada kata atap atau mungkin pintu dan jendela yang
merupakan meronimi dari kata rumah.
Semantik
menurut Resmini (2014:48) memiliki tiga unsur yaitu
1.
Tanda dan lambang, adalah substitusi untuk hal lain. Oleh
karena itu, tanda memerlukan interpretasi. Contoh:tomat berwarna merah
menandakan tomat sudah matang.
2.
Makna leksikal dan hubungan referensial. Makna leksikal
adalah makna hubungan antara kata-kata dengan unsur-unsur tertentu dalam sebuah
peristiwa bahasa. Hubungan antara kata, makna kata, dan dunia kenyataan disebut
hubungan referensial. Hubungan referensial adalah hubungan-hubungan yang
terdapat pada, antara a) kata sebagai satuan fonologis, yang membawa makna, b)
makna atau konsep yang dibentuk oleh kata, dan c) dunia kenyataan yang ditunjuk oleh kata.
3.
Penamaan, adalah proses pencarian lambang bahasa untuk
menggambarkan objek konsep, proses, dan lain-lain. Berfungsi sebagai istilah,
istilah-istilah akan menjadi jelas bila diberi definisi, demikian pula nama.
Istilah sama halnya dengan definisi, keduanya berisi pembahasan tentang suatu
fakta, peristiwa atau kejadian, dan proses.
Semantik
merupakan subdisiplin linguistik yang objeknya adalah makna. Makna dapat dikaji
dari banyak aspek seperti teori maupun aliran. Terdapat dua jenis semantic
menurut Affandi dan Su’ud (2016:114), yaitu Leksikal dan Historis sebagai
berikut ini:
1.
Semantik Historis, adalah semantik yang mengkaji sistem
makna dalam rangkaian waktu, bukan pada sejarah perubahan bentuk kata.
Contohnya;
kata juara dahulu bermakna pengatur pesta atau hakim, pada suatu acara
menyabung ayam, dan sekarang telah dimaknai dengan seorang yang mendapat
peringkat teratas dalam suatu perlombaan.
2.
Semantik Leksikal, merupakan kajian semantik yang lebih
memuaskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik ini
tidak terlalu sulit, contohnya adalah sebuah kamus, dimana makna kata diuraikan
di dalamnya secara komplit.
Dalam suatu organisasi sering terjadi
komunikasi kurang lancar yang menyebabkan pemahaman wacana tidak jelas. Ilmu
semantik dalam sistem informasi manajemen berguna untuk memaknai dan menyusun
kata dalam informasi yang akan disampaikan. Bahasa Indonesia memiliki beragam
makna, agar tidak terjadi kerancuan penafsiran makna, timbullah relasi makna
yang meminimalisir terjadi miss communication pada pelaksanaan fungsi
manajamen.
C. Informasi
Pragmatik
Istilah
pragmatik diperkenalkan oleh seorang filosof yang bernama Charless Morris tahun
1938. Ketika ia membicarakan bentuk umum ilmu tanda (semiotic). Ia
menjelaskan dalam bahwa semiotik memiliki tiga bidang kajian, yaitu sintaksis (syintax),
semantik (semantics), dan pragmatik (pagmatics). Sejak itulah,
pragmatik mengalami dua perkembangan makna yang berbeda. Di satu sisi pragmatik
dengan konsep sebagaimana yang dimaksudkan oleh Morris di atas tetap dipertahankan.
Di sisi lain, istilah pragmatik mengalami penyempitan makna.
Pengertian pragmatik menurut Pevensie (2011:1) dapat diintisarikan
sebagai ilmu yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yang ditentukan
oleh konteks dan situasi yang melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam
komunikasi yang merupakan dasar penentuan pemahaman maksud penggunaan tuturan
oleh penutur dan mitra tutur.
Menurut Abdurrahman (2011:3)
menyebutkan bahwa apabila di dalam suatu penelitian terdapat rujukan yang
konkret terhadap pembicara atau dalam istilah yang lebih umum, terhadap
pengguna bahasa, maka dia menetapkan bahwa penelitian tersebut berada dalam
bidang kajian pragmatik. Kemudian dalam perkembangan berikutnya, oleh Levinson
(1983:21) pengertian tersebut dianggap terlalu sempit dan ekslusif; dan oleh
karenanya pengertian tersebut dimodifikasi menjadi kajian bahasa yang
bereferensi atau berhubungan dengan faktor dan aspek-aspek kontekstual.
Menurut Nurkamto (2000:134),
pragmatik yang sekarang berkembang pada umumnya mengacu pada dua pengertian.
Pertama, Pragmatics is the study of the
relation between language and context that are basic to an account of language
understanding. Pengertian ini menunjukkan bahwa untuk memahami makna bahasa
orang seorang penutur dituntuk untuk tidak saja mengetahui makna kata dan
hubungan gramatikal antar kata tersebut tetapi juga menarik kesimpulan yang
akan menghubungkan apa yang dikatakan dengan apa yang diasumsikan, atau apa
yang telah dikatakan sebelumnya. Kedua, Pragmatics
is the study of the ability of language users to pair sentences with the
contexts in which they would be appropriate. Pengertian kedua ini lebih
menekankan pada pentingnya kesesuaian antara kalimat-kalimat yang diujarkan
oleh pengguna bahasa dengan konteks tuturannya.
Dari dua pengertian diatas terdapat
hal-hal penting yang perlu di cermati dari pengertian pragmatik di atas, yaitu
penggunaan bahasa dan konteks tuturan. Penggunaan bahasa di sini menyangkut
fungsi bahasa (language functions).
Abdurrahman (2011:3) menjelaskan fungsi dari bahasa dalam pragmatik di
kategorikan fungsi bahasanya menjadi 6 (enam) macam yaitu: (1) menyampaikan dan
mencari informasi faktual; (2) Mengekspresikan dan mengubah sikap; (3) Meminta
orang lain berbuat sesuatu; (4) Sosialisasi; (5) Membangun wacana, dan (6)
Meningkatkan keefektifan komonikasi. Masing-masing kategori tersebut di atas,
dijabarkan kedalam beberapa subkategori yang lebih rinci dan praktis. Fungsi
pertama, misalnya, dijabarkan menjadi 5 (lima) sub-kategori, yaitu: (1) mengidentifikasi
atau mendefinisis; (2) melaporkan, mendeskripsikan atau menceritakan; (3)
mengoreksi; (4) bertanya, dan (5) menjawab pertanyaan. Adapun masalah konteks,
meliputi 6 (enam) dimensi, yaitu: (1) tempat dan waktu (setting), seperti ruang
kelas, di masjid, di ma’had, di perpustakaan, dan di warung makan, (2) pengguna
bahasa (participants), seperti dokter dengan pasien, ustadz dan santri, penjual
dengan pembeli, (3) topik pembicaraan (content) seperti politik, seks,
pendidikan, kebudayaan, (4) tujuan (purpose) seperti bertanya, menjawab,
memuji, menjelaskan, mengejek, dan menyuruh, (5) nada (key) seperti
humor, marah, ironi, sarkasme, dan lemah lembut, dan (6) media/saluran (channel)
seperti tatap muka, melalui SMS, melalui telepon, melalui surat, E-mail, dan,
melalui tangan.
Dimasukkannya konteks dalam memahami
dan atau menghasilkan ujaran dimaksudkan untuk membangun prinsip-prinsip
kerjasama dan sopan santun dalam proses komunikasi, sehingga tujuan komunikasi
dapat dicapai secara efektif. Konteks itu sendiri terkait erat dengan budaya,
yang berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Menurut Leech (1997:9) untuk mengacu
pada kajian tentang kondisi umum penggunaan bahasa untuk komunikasi, ia lebih
suka menggunakan istilah Pragmatik umum (general pragmatics). Ia
mendasarkan gagasannya pada kenyataan bahwa prinsip kerjasama dan sopan santun
dalam berkomunikasi berlaku secara berbeda–beda dalam setiap masyarakat. Dalam
pragmatik umum sama sekali tidak mengatur masalah itu. Bahkan menurut
Leech(1997:10) , hal-hal yang bersifat lokal dan situasional dapat diatur dalam
sosiopragmatik (sociopragmatics) dan pragmalinguistik (pragmalinguistics),
karena kedua bidang ini merupakan cabang dari pragmatik umum. Sosio-pragmatik
dapat di sebut sebagai ketepatan isi (appropriateness
in meaning), yaitu sejauh mana fungsi komunikasi tertentu, sikap dan
gagasan dianggap tepat sesuai dengan situasi yang berlaku. Hal ini berhubungan
erat dengan aspek sosiologi.
Sementara itu, pragmalinguistik
menurut Leech (1997:10) kurang lebih sama dengan ketepatan bentuk (appropriateness in form). Hal ini
mengacu pada sejauh mana makna bahasa direpresentasikan ke dalam bentul verbal
atau non verbal yang sesuai dengan konteks pembicaraan. Ini terkait erat dengan
dengan tata bahasa yang sesuai dengan konteks pembicaraan, sedangkan
pragmalinguistik berkenaan dengan bagaimana seorang penutur dapat mengatakan
secara tepat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sintaksis adalah ilmu tata bahasa
yang mempelajari tentang susunan kata dengan kata lain sehingga membentuk suatu
frasa, klausa, maupun kalimat. Empat macam alat sintaksis meliputi urutan,
bentuk kata, intonasi, dan kata tugas. Informasi semantik dibutuhkan dalam
sistem infomasi manajamen agar tidak terjadi kerancuan dalam penafsiran. Semantik
adalah ilmu tentang makna kata, frasa, maupun kalimat dalam sebuah bahasa.
Berbagai jenis relasi makna, seperti homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi,
hiponimi dan meronimi. Pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi
tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Pentingnya kesesuaian antara
kalimat-kalimat yang diujarkan oleh pengguna bahasa dengan konteks tuturannya.
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman. 2011. Pragmatik; Konsep
Dasar Memahami Konteks Tuturan, (Online). (https://www.researchgate.net/publication/283403378_
PRAGMATIK_KONSEP_DASAR_MEMAHAMI_KONTEKS_TUTURAN), diakses 8
September 2019
Affandi, A., dan Su’ud, M. 2016.
Antara Takwa dan Takut (Kajian Semantik Leksikal dan Historis Terhadap
Al-Qur’an). Jurnal Al–Hikmah, (Online), 2016/Vol.4 (Nomor 2):114, (http://jurnal.staiba.ac.id/index
.php/alhikmah/article/download/21/19), diakses 8 September 2019.
Arifin, Z., dan Junaiyah. 2009. Sintaksis.
Jakarta : PT Grasindo
Cann, R. 1994. Formal Semantics.
New York: Cambridge University Press.
Chaer, A., dan Muliastuti, L. 2014. Makna
dan Semantik, (Online), (http://repository.ut.ac.id/4770/1/PBIN4215-M1.pdf),
diakses 8 September 2019.
Darmojuwono, S., dan Kushartanti, U.Y.
2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia
Utama
Gaol, C. J. L. 2008. Sistem
Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa. (Online), (https://kbbi.kemdikbud.go.id/),
diakses 07 September 2019.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus
Linguistik: Introduction to Theoretic Linguistics. Jakarta: PT Gramedia.
Leech, G. 1997. Prinsip-Prinsip Pragmatik. (Terj. Dr. M.D.D. Oka). Jakarta :UI
Press.
Levinson, Stephent C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge
Univercity Press.
Matthews, Petter H. 1997. The
Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford : Oxford University Press.
Noortyani, R. 2017. Buku Ajar
Sintaksis. Yogyakarta: Penebar Pustaka Media.
Parera, J. D (2004) Teori Semantik.
Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.
Partanto, P.A., dan Albarry. 1994. Kamus
Ilmiyah Populer. Surabaya: Arloka.
Pevensie, E. 2011. Sejarah Singkat Pragmatik. (Online), (https://www.scribd.com/doc/48254615/SEJARAH-SINGKAT-PRAGMATIK),
diakses 8 September 2019.
Resmini, N. 2014. Unsur Semantik
dan Jenis Makna,(Online), (http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/KEBAHASAAN_I/BBM_8.pdf),
diakses 8 September 2019.
Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu
Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Supriyadi. 2014. Sintaksis Bahasa
Indonesia. Gorontalo: UNG Press.
Yuliana, R., dkk. 2013. Daya Pragmatik
Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, (Online), 2013/Vol.2
(Nomor 1):3, (https://media.neliti.com/media/publications/55012-ID-none.pdf),
diakses 8 September 2019.
Komentar
Posting Komentar