INFORMASI SINTAKSIS, SEMANTIK DAN PRAGMATIK


INFORMASI SINTAKSIS, SEMANTIK DAN PRAGMATIK


MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Sistem Informasi Manajemen
yang dibina oleh Bapak Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd




Oleh:
Kelompok 2

Asmaul Kusna                         170131601064
Jihan Naziha Falahi                170131601018
Rizky Fitra Sanjaya                170131601048
Viana Rahmawati                   170131601103






 










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
September 2019

KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah puji syukur kehafirat Allah SWT Yang Maha Esa atas limpahan segala rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Sistem Informasi Manajemen. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang yakni addinul Islam.
Makalah yang berjudul “Informasi Sintaksis, Semantik Dan Pragmatik” ini disusun sebagai kelengkapan tugas matakuliah Sistem Informasi Manajemen. Serta tidak lupa kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu matakuliah Sistem Informasi Manajemen yang telah membimbing dan membagi pengalamannya kepada kami.
Dengan segala kerendahan hati, kami memohon kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


                                                                        Malang, 9 September 2019



                                                                                                Penulis












DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR                                                                                      i
DAFTAR ISI                                                                                                   ii
BAB I PENDAHULUAN 
A.    Latar Belakang                                                                                 1
B.    Rumusan Masalah                                                                           2
C.   Tujuan                                                                                               2
BAB II PEMBAHASAN 
A.    Sintaksis                                                                                           3
B.    Sematik                                                                                            5
C.   Pragmatik                                                                                         7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan                                                                                         11
DAFTAR RUJUKAN                                                                                     12
















BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi oleh masyarakat sekarang ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, karena kebermanfaatannya yang sudah sangat membantu dalam berbagai hal. Akan tetapi diperlukan implementasi sistem informasi manajemen pendidikan yang tepat agar pelaksanaan dan pemanfaatannya optimal sesuai dengan kepentingan dan sasaran dunia pendidikan. Implementasi sistem informasi manajemen beserta komponennya telah menandai terjadinya revolusi peradaban yang memungkinkan pekerjaan-pekerjaan dalam sistem organisasi dapat di selesaikan secara cepat, akurat, efektif dan efisien.
Dalam hal ini yang menjadi kunci utama tercapai pemanfaatan sistem informasi manajemen adalah komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang baik akan tercipta kejelasan terhadap suatu informasi. Manusia dalam bertutur, bercerita ataupun menyampaikan informasi dapat dikatakan sebagai kegiatan berbahasa. Dalam kegiatan berbahasa akan muncul kalimat-kalimat sebagai penyalur informasi. Maka dari itu terdapat suatu ilmu ketatabahasaan yang disebut ilmu linguistik. Ilmu linguistik saat ini masih dianggap sulit oleh sebagian besar manusia. Padahal ilmu linguistik merupakan ilmu yang bersifat umum dan hanya mengkaji sebuah bahasa saja. Ilmu linguistik sejatinya merupakan ilmu yang penting bagi penutur bahasa, karena untuk menciptakan komunikasi yang efektif perlu memahami makna suatu bahasa dengan baik dan benar.
Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa sebagai objek kajian linguistik dapat dibandingkan dengan fenomena-fenomena yang menjadi kajian dari bagian ilmu lain. Dalam ilmu linguistik, banyak sekali cabang-cabang keilmuan yang dipelajari, antara lain sintaksis, semantik, dan pragmatik. Berdasarkan uraian di atas, penulis memaparkan sebuah makalah mengenai informasi sintaksis, semantik, dan pragmatik.


B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.   Apa yang dimaksud dengan sintaksis?
2.   Apa yang dimaksud dengan semantik?
3.   Apa yang dimaksud dengan pragmatik?

C.  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.   Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari sintaksis.
2.   Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari semantik.
3.   Untuk menjelaskan mengenai pengertian dari pragmatik.























BAB II
PEMBAHASAN


A.  Informasi Sintaksis

Dalam suatu organisasi informasi mempunyai peranan yang sangat penting. Tanpa informasi, para anggota organisasi tersebut tidak dapat bekerja dengan efisien. Informasi menurut Gaol (2008:7) adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan/manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut KBBI, informasi adalah keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu. Dapat disimpulkan informasi merupakan keterangan yang memberikan manfaat seperti menambah pengetahuan dan memudahkan pengambilan keputusan bagi si penerima.
Dalam unsur tata kebahasaan terdapat cabang ilmu bahasa (linguistic) yang mengatur hubungan kata dengan kata lain atau dapat disebut stuktur bahasa yaitu sintaksis. Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tata kalimat. Ilmu yang lebih memfokuskan kajiannya pada kata, kelompok kata (frasa), klausa, dan kajian yang berkaitan dengan jenis-jenis kalimat. Jenis-jenis kalimat tersebut, meliputi kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat transitif, dan kalimat intransitive. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sintaksis adalah pengaturan hubungan kata dengan kata atau satuan lain yang lebih besar; cabang linguistik tentang susunan kalimat dengan bagian-bagiannya atau ilmu tata kalimat; subsistem ilmu bahasa yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatikal; bagian lain ialah morfologi). Sedangkan menurut Supriyadi (2014:1) sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang membahas tentang kaidah penggabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem suprasegmental (intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan pembicara sebagai dasarnya.
Dari segi etimologi, menurut Verhaar dalam Suhardi (2013:13) kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti dengan serta kata tattein yang berarti menempatkan. Sehingga kata suntattein berarti

 menempatkan kata atau ilmu tentang penempatan kata atau ilmu tata kalimat. Dengan demikian, secara etimologi, kata sintaksis berarti dengan menempatkan. Lebih lanjut lagi, menurut Ramlan dalam Noortyani (2017:2) sintaksis berasal dari bahasa Belanda, syintaxis, yang kemudian dalam bahasa Inggris menggunakan istilah syntax. Dengan kata lain sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kaimat, klausa, dan frasa. 
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu tata bahasa yang mempelajari tentang susunan kata dengan kata lain sehingga membentuk suatu frasa, klausa, maupun kalimat. Menurut Supriyadi (2014:5) frasa adalah satuan gramatik/kebahasaan yang terdiri atas satu kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Batas fungsi unsur klausa ada S, P, O, Pel, dan K. Sedangkan klausa menurut Arifin dan Junaiyah (2009:34) adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat.  Lebih lanjut lagi, kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan (Supriyadi, 2014:54).
Menurut Kridalaksana (2008) empat macam alat sintaksis meliputi urutan, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas. Dengan menggunakan urutan, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas yang berbeda-beda dapat dibentuk frase, klausa, dan atau kalimat yang berbeda-beda.  Konstruksi frase pedagang panci dapat diubah urutannya menjadi panic pedagang. Demikian pula konstruksi frase petani jeruk, gergaji mesin, dan rumah sewa dapat diubah urutannya menjadi jeruk petani, mesin gergaji, dan sewa rumah. Konstruksi klausa sapi itu makan rumput dapat diubah urutannya menjadi makan rumput, sapi itu. Sehingga dapat dipahami bahwa urutan kata dapat dipakai untuk membentuk berbagai konstruksi frase, klausa, dan kalimat.
Pemakaian bentuk kata yang berbeda-beda juga dapat digunakan untuk membentuk konstruksi sintaksis yang berbeda-beda. Pemakaian kata mencuci akan menghasilkan konstruksi sintaksis yang berbeda dengan penggunaan kata dicuci. Contohnya: Ibu mencuci baju dengan baju dicuci ibu. Perbedaan urutan kata tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan bentuk kata yang digunakan.
Intonasi juga dapat membentuk konstruksi sintaksis yang berbeda-beda. Sebuah konstruksi kalimat yang jenis dan urutan katanya sama dapat diubah menjadi kalimat-kalimat yang berbeda dengan menggunakan intonasi yang berbeda. Seperti:
1.   Nenek kembali ke Jakarta. (intonasi berita)
2.   Nenek kembali ke Jakarta? (intonasi tanya)
3.   Nenek kembali ke Jakarta! (intonasi perintah)
   Selanjutnya, pemakaian kata tugas yang berbeda-beda juga dapat digunakan untuk menyusun konstruksi sintaksis yang bentuk dan maknanya berbeda-beda. Seperti:
1.   Kakak dan adik (bermakna penjumlahan)
2.   Kakak atau adik (bermakna pemilihan)
Perbedaan makna kedua konstruksi frase itu disebabkan oleh perbedaan kata tugas yang digunakan, yaitu kata tugas dan dan atau.
   Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa informasi semantik dibutuhkan dalam sistem infomasi manajamen agar tidak terjadi kerancuan dalam penafsiran. Dalam penyampaian informasi dibutuhkan kalimat yang baik sesuai bahasa Indonesia yaitu memakai struktur subyek, predikat, objek, dan keterangan yang dapat dijadikan kalimat berbeda-beda dengan menggunakan alat sintaksis. Sehingga informasi yang sesuai kaidah ini dapat disebarkan dan melancarkan berbagai fungsi manajemen dalam suatu organisasi. Sintaksis juga berperan dalam pemrograman yang harus sesuai dengan aturan struktur bahasa agar program berjalan dengan lancar.

B.   Informasi Semantik
Setiap kata demi kata tentulah memiliki sebuah arti. Bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa ialah semantik. Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) diturunkan dari kata bahasa Yunani Kuno sema (bentuk nominal) yang berarti "tanda" atau "lambang". Bentuk verbalnya adalah semaino yang berarti menandai" atau "melambangkan". Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata "sema" itu adalah tanda linguistic (Prancis: signe linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure dalam Chaer dan Muliastuti (2014:3). Sudah disebutkan bahwa tanda linguistik itu terdiri dari komponen penanda (Prancis: signifie) yang berwujud bunyi, dan komponen petanda (Prancis: signifie) yang berwujud konsep atau makna.
Menurut KBBI, semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran arti kata; bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. Sedangkan menurut Cann (1994:1), semantik adalah ilmu tentang makna dan ilmu tentang makna yang diekspresikan oleh kata, frase, dan kalimat dari bahasa manusia. Semantik merupakan suatu bagian dari tata bahasa yang menyelidiki tentang tata makna atau arti kata dan bentuk linguistik, yang berfungsi sebagai simbol dan peran yang dimainkan dalam hubungannya dengan kata-kata lain dan tindakan manusia (Partanto dan Albarry, 1994:700). Matthews (1997:337) mendefinisikan arti sebagai hubungan antara bentuk bahasa dengan sesuatu diluar bahasa, sedangkan makna didefinisikan sebagai hubungan di antara kata itu sendiri di dalam bahasa. Dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna kata, frasa, maupun kalimat dalam sebuah bahasa. Semantik merujuk kepada makna perkataan sedangkan sintaksis merujuk kepada struktur kebahasaan.
   Dalam satu bahasa, makna kata terkadang saling berhubungan dengan kata yang lain. Hal ini dinamakan relasi makna. Relasi makna ini mewujud dalam berbagai jenis, seperti homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi dan meronimi. Darmojuwono dan Kushartanti (2005:116) menjelaskan bahwa hiponimi adalah relasi makna antarkata yang penulisan dan pelafalannya sama tetapi maknanya berbeda, contohnya ada pada kata tahu, yang bisa diartikan sebagai jenis makanan dari ampas tempe tapi juga bisa diartikan sebagai “paham”. Yang kedua adalah polisemi, merupakan kata yang memiliki beberapa makna berhubungan. Bebeda dengan sinonimi yang merupakan relasi makna antarkata yang maknanya sama. Selanjutnya antonimi, yang artinya relasi kata yang bertentangan maknanya. Kelima ada hiponimi, adalah relasi makna berkaitan dengan peliputan makna spesifik dan makna general. Dan selanjutnya ada meronimi, yaitu relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karna di meronimi ini makna bersifat hirarkis dan lebih menjelaskan makna bagian dengan makna keseluruhan, lebih jelasnya bisa dilihat pada kata atap atau mungkin pintu dan jendela yang merupakan meronimi dari kata rumah.
Semantik menurut Resmini (2014:48) memiliki tiga unsur yaitu
1.   Tanda dan lambang, adalah substitusi untuk hal lain. Oleh karena itu, tanda memerlukan interpretasi. Contoh:tomat berwarna merah menandakan tomat sudah matang.
2.   Makna leksikal dan hubungan referensial. Makna leksikal adalah makna hubungan antara kata-kata dengan unsur-unsur tertentu dalam sebuah peristiwa bahasa. Hubungan antara kata, makna kata, dan dunia kenyataan disebut hubungan referensial. Hubungan referensial adalah hubungan-hubungan yang terdapat pada, antara a) kata sebagai satuan fonologis, yang membawa makna, b) makna atau konsep yang dibentuk oleh kata, dan c) dunia kenyataan yang ditunjuk  oleh kata.
3.   Penamaan, adalah proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek konsep, proses, dan lain-lain. Berfungsi sebagai istilah, istilah-istilah akan menjadi jelas bila diberi definisi, demikian pula nama. Istilah sama halnya dengan definisi, keduanya berisi pembahasan tentang suatu fakta, peristiwa atau kejadian, dan proses.
Semantik merupakan subdisiplin linguistik yang objeknya adalah makna. Makna dapat dikaji dari banyak aspek seperti teori maupun aliran. Terdapat dua jenis semantic menurut Affandi dan Su’ud (2016:114), yaitu Leksikal dan Historis sebagai berikut ini:
1.   Semantik Historis, adalah semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu, bukan pada sejarah perubahan bentuk kata.
     Contohnya; kata juara dahulu bermakna pengatur pesta atau hakim, pada suatu acara menyabung ayam, dan sekarang telah dimaknai dengan seorang yang mendapat peringkat teratas dalam suatu perlombaan.
2.   Semantik Leksikal, merupakan kajian semantik yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik ini tidak terlalu sulit, contohnya adalah sebuah kamus, dimana makna kata diuraikan di dalamnya secara komplit.
Dalam suatu organisasi sering terjadi komunikasi kurang lancar yang menyebabkan pemahaman wacana tidak jelas. Ilmu semantik dalam sistem informasi manajemen berguna untuk memaknai dan menyusun kata dalam informasi yang akan disampaikan. Bahasa Indonesia memiliki beragam makna, agar tidak terjadi kerancuan penafsiran makna, timbullah relasi makna yang meminimalisir terjadi miss communication pada pelaksanaan fungsi manajamen.

C.  Informasi Pragmatik
Menurut Abdurrahman (2011:3) menyebutkan bahwa apabila di dalam suatu penelitian terdapat rujukan yang konkret terhadap pembicara atau dalam istilah yang lebih umum, terhadap pengguna bahasa, maka dia menetapkan bahwa penelitian tersebut berada dalam bidang kajian pragmatik. Kemudian dalam perkembangan berikutnya, oleh Levinson (1983:21) pengertian tersebut dianggap terlalu sempit dan ekslusif; dan oleh karenanya pengertian tersebut dimodifikasi menjadi kajian bahasa yang bereferensi atau berhubungan dengan faktor dan aspek-aspek kontekstual.
Menurut Nurkamto (2000:134), pragmatik yang sekarang berkembang pada umumnya mengacu pada dua pengertian. Pertama, Pragmatics is the study of the relation between language and context that are basic to an account of language understanding. Pengertian ini menunjukkan bahwa untuk memahami makna bahasa orang seorang penutur dituntuk untuk tidak saja mengetahui makna kata dan hubungan gramatikal antar kata tersebut tetapi juga menarik kesimpulan yang akan menghubungkan apa yang dikatakan dengan apa yang diasumsikan, atau apa yang telah dikatakan sebelumnya. Kedua, Pragmatics is the study of the ability of language users to pair sentences with the contexts in which they would be appropriate. Pengertian kedua ini lebih menekankan pada pentingnya kesesuaian antara kalimat-kalimat yang diujarkan oleh pengguna bahasa dengan konteks tuturannya.
Dari dua pengertian diatas terdapat hal-hal penting yang perlu di cermati dari pengertian pragmatik di atas, yaitu penggunaan bahasa dan konteks tuturan. Penggunaan bahasa di sini menyangkut fungsi bahasa (language functions). Abdurrahman (2011:3) menjelaskan fungsi dari bahasa dalam pragmatik di kategorikan fungsi bahasanya menjadi 6 (enam) macam yaitu: (1) menyampaikan dan mencari informasi faktual; (2) Mengekspresikan dan mengubah sikap; (3) Meminta orang lain berbuat sesuatu; (4) Sosialisasi; (5) Membangun wacana, dan (6) Meningkatkan keefektifan komonikasi. Masing-masing kategori tersebut di atas, dijabarkan kedalam beberapa subkategori yang lebih rinci dan praktis. Fungsi pertama, misalnya, dijabarkan menjadi 5 (lima) sub-kategori, yaitu: (1) mengidentifikasi atau mendefinisis; (2) melaporkan, mendeskripsikan atau menceritakan; (3) mengoreksi; (4) bertanya, dan (5) menjawab pertanyaan. Adapun masalah konteks, meliputi 6 (enam) dimensi, yaitu: (1) tempat dan waktu (setting), seperti ruang kelas, di masjid, di ma’had, di perpustakaan, dan di warung makan, (2) pengguna bahasa (participants), seperti dokter dengan pasien, ustadz dan santri, penjual dengan pembeli, (3) topik pembicaraan (content) seperti politik, seks, pendidikan, kebudayaan, (4) tujuan (purpose) seperti bertanya, menjawab, memuji, menjelaskan, mengejek, dan menyuruh, (5) nada (key) seperti humor, marah, ironi, sarkasme, dan lemah lembut, dan (6) media/saluran (channel) seperti tatap muka, melalui SMS, melalui telepon, melalui surat, E-mail, dan, melalui tangan.
Dimasukkannya konteks dalam memahami dan atau menghasilkan ujaran dimaksudkan untuk membangun prinsip-prinsip kerjasama dan sopan santun dalam proses komunikasi, sehingga tujuan komunikasi dapat dicapai secara efektif. Konteks itu sendiri terkait erat dengan budaya, yang berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Menurut Leech (1997:9) untuk mengacu pada kajian tentang kondisi umum penggunaan bahasa untuk komunikasi, ia lebih suka menggunakan istilah Pragmatik umum (general pragmatics). Ia mendasarkan gagasannya pada kenyataan bahwa prinsip kerjasama dan sopan santun dalam berkomunikasi berlaku secara berbeda–beda dalam setiap masyarakat. Dalam pragmatik umum sama sekali tidak mengatur masalah itu. Bahkan menurut Leech(1997:10) , hal-hal yang bersifat lokal dan situasional dapat diatur dalam sosiopragmatik (sociopragmatics) dan pragmalinguistik (pragmalinguistics), karena kedua bidang ini merupakan cabang dari pragmatik umum. Sosio-pragmatik dapat di sebut sebagai ketepatan isi (appropriateness in meaning), yaitu sejauh mana fungsi komunikasi tertentu, sikap dan gagasan dianggap tepat sesuai dengan situasi yang berlaku. Hal ini berhubungan erat dengan aspek sosiologi.
Sementara itu, pragmalinguistik menurut Leech (1997:10) kurang lebih sama dengan ketepatan bentuk (appropriateness in form). Hal ini mengacu pada sejauh mana makna bahasa direpresentasikan ke dalam bentul verbal atau non verbal yang sesuai dengan konteks pembicaraan. Ini terkait erat dengan dengan tata bahasa yang sesuai dengan konteks pembicaraan, sedangkan pragmalinguistik berkenaan dengan bagaimana seorang penutur dapat mengatakan secara tepat.










BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Sintaksis adalah ilmu tata bahasa yang mempelajari tentang susunan kata dengan kata lain sehingga membentuk suatu frasa, klausa, maupun kalimat. Empat macam alat sintaksis meliputi urutan, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas. Informasi semantik dibutuhkan dalam sistem infomasi manajamen agar tidak terjadi kerancuan dalam penafsiran. Semantik adalah ilmu tentang makna kata, frasa, maupun kalimat dalam sebuah bahasa. Berbagai jenis relasi makna, seperti homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi dan meronimi. Pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Pentingnya kesesuaian antara kalimat-kalimat yang diujarkan oleh pengguna bahasa dengan konteks tuturannya.

DAFTAR RUJUKAN


Abdurrahman. 2011. Pragmatik; Konsep Dasar Memahami Konteks Tuturan, (Online). (https://www.researchgate.net/publication/283403378_ PRAGMATIK_KONSEP_DASAR_MEMAHAMI_KONTEKS_TUTURAN), diakses 8 September 2019
Affandi, A., dan Su’ud, M. 2016. Antara Takwa dan Takut (Kajian Semantik Leksikal dan Historis Terhadap Al-Qur’an). Jurnal Al–Hikmah, (Online), 2016/Vol.4 (Nomor 2):114, (http://jurnal.staiba.ac.id/index .php/alhikmah/article/download/21/19), diakses 8 September 2019.
Arifin, Z., dan Junaiyah. 2009. Sintaksis. Jakarta : PT Grasindo
Cann, R. 1994. Formal Semantics. New York: Cambridge University Press.
Chaer, A., dan Muliastuti, L. 2014. Makna dan Semantik, (Online), (http://repository.ut.ac.id/4770/1/PBIN4215-M1.pdf), diakses 8 September 2019.
Darmojuwono, S., dan Kushartanti, U.Y. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Utama
Gaol, C. J. L. 2008. Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (Online), (https://kbbi.kemdikbud.go.id/), diakses 07 September 2019.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik: Introduction to Theoretic Linguistics. Jakarta: PT Gramedia.
Leech, G. 1997. Prinsip-Prinsip Pragmatik. (Terj. Dr. M.D.D. Oka). Jakarta :UI Press.
Levinson, Stephent C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge Univercity Press.
Matthews, Petter H. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford : Oxford University Press.
Noortyani, R. 2017. Buku Ajar Sintaksis. Yogyakarta: Penebar Pustaka Media.
Parera, J. D (2004) Teori Semantik. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.
Partanto, P.A., dan Albarry. 1994. Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya: Arloka.
Pevensie, E. 2011. Sejarah Singkat Pragmatik. (Online), (https://www.scribd.com/doc/48254615/SEJARAH-SINGKAT-PRAGMATIK), diakses 8 September 2019.
Resmini, N. 2014. Unsur Semantik dan Jenis Makna,(Online), (http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/KEBAHASAAN_I/BBM_8.pdf), diakses 8 September 2019.
Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Supriyadi. 2014. Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press.
Yuliana, R., dkk. 2013. Daya Pragmatik Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia  pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, (Online), 2013/Vol.2 (Nomor 1):3, (https://media.neliti.com/media/publications/55012-ID-none.pdf), diakses 8 September 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DI SEKOLAH

MUTASI DAN DROP OUT PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 6 MALANG