PERAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PERAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
Balqis
Fitria
Dewi Rahayu
Viana
Rahmawati
Abstrak: Pendidikan dinilai
memiliki cakupan lebih luas yang meliputi semua usaha yang dilakukan manusia
untuk lebih maju dan berkembang, baik dilakukan secara mandiri dan berkelompok
dan diselenggarakan diberagam lokasi (di rumah, sekolah, masyarakat, tempat
ibadah, lingkungan, atau kombinasi dari berbagai lokasi ini).Tujuan pendidikan
adalah menjadikan individu lain (peserta didik) lebih baik. Kegiatan pendidikan
(interaksi pendidik dengan peserta didik) dapat terjadi di dalam maupun
di luar sekolah.Pendidikan seperti diketahui adalah kegiatan yang melibatkan
interaksi antara manusia dengan manusia dalam proses untuk mengubah perilaku
peserta didik melalui materi pembelajaran serta sumber-sumber belajar lainnya. Dengan
demikian, kegiatan belajar dan pengajaran tak lepas dari aktivitas mental
dan sosial. Hal ini memunculkan adanya kebutuhan kontribusi dari ilmu psikologi
pendidikan yang bisa menjadi bekal bagi pendidik agar dapat melaksanakan tugas
pengajaran dan pendidikan dengan humanis dan baik.Sasaran dari penerapan
psikologi pendidikan adalah pada bagaimana membentuk suasana belajar yang
efektif.Santrock menyatakan bahwa terdapat dua kandungan utama yang dapat
menjadi ukuran efektivitas proses pengajaran; keterampilan dan pengetahuan
profesional serta komitmen, motivasi, dan kepedulian dari pengajar
(2010:6).
Kata Kunci: Psikologi Pendidikan, Remaja
Pengertian psikologi.
Santrock (2010:2) menjelaskan psikologi sebagai suatu studi ilmiah mengenai
proses perilaku dan mental. Sedangkan menurut Nurihsan (2013) psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan. Kedua pengertian ini secara jelas mengkaitkan
psikologi dengan perilaku. Psikologis berasal dari Bahasa Yunani, psyche yang
berarti ”jiwa”, danlogos yang berarti ilmu. Meski secara harafiah
diartikan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan. Akan tetapi
hal tersebut dinilai kurang tepat. Mengapa demikian? Karena dalam psikologi
yang dikaji adalah manifestasi dari jiwa dalam bentuk perilaku individu ketika
berhubungan dengan lingkungannya. Berdasarkan penjelasan inilah maka psikologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi Pendidikan
Santrock (2010:2)
menjelaskan psikologi pendidikan sebagai berikut: Psikologi pendidikan
adalah cabang dari ilmu psikologi yang khusus mengkaji pemahaman
pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan dan memiliki cakupan
yang sangat luas.
Nurihsan (2013)
menyatakan bahwa peran psikologi pendidikan sangat strategis dalam
mengembangkan tenaga pendidik yang berkualitas. Psikologi pendidikan
merupakan psikologi terapan yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
terkait dengan dunia pendidikan. Di dalam psikologi pendidikan dikembangkan
teori dan penelitian yang penting bagi peningkatan psikologi belajar pengajar.
Mengajar adalah proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang didalam
prosesnya terjadi transfer pengetahuan. Pengetahuan yang ditransfer ini
diharapkan akan bermanfaat bagi peserta didik. Seperti dijelaskan
sebelumnya bahwa disamping transfer pengetahuan, proses interaksi ini
juga mengandung dorongan positif dari pengajar kepada peserta didik agar
apa yang dipelajari bisa mengubah perilaku ke arah yang lebih baik. Dengan
demikian, pengajarsebagai sarana peralihan ilmu juga sebagai panduan bagi
peserta didik.
Peran penting ini
seharusnya ditanggapi dengan kinerja pengajar yang positif sehingga bisa
menjadi contoh bagi peserta didik. Santrock mengatakan bahwa mengajar adalah
gabungan antara seni dan ilmu, dan pengalaman dalam menggabungkan keduanya akan
menjadi kunci sukses seorang pengajar (Santrock, 2010:4). Dari sisi seni,
psikologi pendidikan mengharuskan pengajar untuk bersikap spontan dan rutin
melakukan improvisasi. Kekakuan di dalam pengajaran akan menyebabkan siswa
tidak tertarik. Sedangkan dari sisi keilmuan, psikologi pendidikan memberikan
arahan bagaimana menjalankan proses pengajaran yang efektif. Penggabungan seni
dan ilmu disini berarti penerapan pengajar atas pengetahuan proses belajar yang
efektif dengan disesuaikan pada kondisi kelas yang dikelolanya serta
disesuaikan dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pengajar dan
masing-masing peserta didik.
Disinilah letak
kebijaksanaan seorang tenaga pengajar di dalam mengelola suasana yang kondusif
untuk memotivasi peserta didik. Pada akhirnya sasaran dari penerapan psikologi
pendidikan adalah pada bagaimana membentuk suasana belajar yang efektif.
Santrock (2010:6) mengatakan bahwa bentuk pengajaran yang efektif sangat
beragam, tidak ada satu cara yang bisa dikatakan paling tepat. Hal ini
disebabkan karenanya variasi dari pengajar dan peserta didik (budaya,
kemampuan, sosial ekonomi, motivasi). Oleh karena itu pegajar perlu menguasai
berbagai variasi strategi ketika menerapkan psikologi pendidikan tersebut.
Santrock selanjutnya membagi dua kandungan utama yang dapat menjadi ukuran
efektivitas proses pengajaran; keterampilan dan pengetahuan profesional
serta komitmen, motivasi, dan kepedulian dari pengajar (2010:6).
Pengajar yang efektif
menguasai materi yang diajarkannya dan juga menguasai teknik serta keterampilan
mengajar. Pengajar efektif tahu bagaimana memilih strategi pengajaran dan
penerapannya dalam mengelola kelas. Disamping itu mereka juga bisa memotivasi
peserta didik serta mampu berkomunikasi efektif dan menjalin hubungan kerjasama
yang saling menguntungkan dengan peserta didik yang memiliki berargam latar
belakang. Satu tambahan lagi adalah kemampuan pengajar dalam menguasai dan
menerapkan sarana teknologi yang mendukung proses belajar di kelas (Santrock,
2010:6).
Pengajar yang efektif
mengetahui bahwa prinsip-prinsip psikologi pendidikan akan membantu mereka
ketika menuntun pembelajaran siswa.Sejarah psikologi pendidikan dimulai oleh
John Dewey yang berpandangan bahwa anak adalah pembelajar yang aktif,anak-anak
akan belajar dengan sangat baik dengan cara mempraktikannya.Dewey berargumen
bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya dididik dalam mata pelajaran akademis,
tetapi seharusnya mempelajari cara berpikir dan beradaptasi dengan dunia di
luar sekolah, (Santrock, 2012: 3).Saat ini psikologi pendidikan lebih fokus
pada aspek sosioemosional kehidupan para siswa, Konteks sosioemosional dari
kehidupan anak-anak mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar (Santrock,
2012:5,92).
Berkenaan dengan kontek
sosioemosional, ditekankan pentingnya praktik pengajaran yang sesuai dengan
perkembangan.Pada Erikson’s stage development, digambarkan delapan rentang
kehidupan manusia, setiap tahap terdiri atas tugas perkembangan yang
mempertemukan individu dengan sebuh krisis.Semakin berhasil individu
menyelesaikan setiap krisis, semakin sehat individu tersebut secara psikologis,
(Baker 2013, Santrock 2012:96).Sedangkan menurut Piaget, (Suparno, 2000:80-90),
perkembangan anak dilihat berdasarkan proses yang terjadi pada anak-anak ketika
mereka membangun pengetahuan, yaitu;skema, asimilasi, akomodasi, organisasi,
ekuilibrasi, dengan tahapan, sensorimotor, praoperasional, operasional konkrit
dan operasional formal.Piaget (Suparno, 2000:153) menekankan bahwa, pengetahuan
itu dibentuk oleh murid.Murid sendiri yang mengkontruksi pengetahuan.Tanpa
keaktifan sendiri membangun pengetahuan, murid tidak akan tahu apa-apa.Tugas
pengajar lebih sebagai fasilitator, anak didik harus dibantu aktif, karena
pengetahuan dibentuk atau dikembangkan dengan adanya adaptasi antara pikiran
manusia dan lingkungannya.
Berkaitan dengan
lingkungan menurut Bronfenbrenner (Santrock, 2012:93,94) menyatakan bahwa,
anak-anak berkembang dipengaruhi oleh orang-orang yang penting dalam kehidupan
mereka (keluarga, sekolah, teman sebaya, tetangga/lingkungan sekitar dll).Siswa
yang diberi lebih banyak kesempatan untuk berkomunikasi dan membuat keputusan,
baik ketika di kelas atau di rumah, menunjukkan lebih memiliki inisiatif dan
mendapatkan nilai yang lebih baik.Oleh sebab itu, pengajar tidak boleh hanya
mempertimbangkan apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi juga harus
mempertimbangkan apa yang terjadi dalam keluarga, kelompok teman sebaya siswa
dan lingkungan sekitar.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dalam proses belajar, motivasi dapat tumbuh, hilang
atau berubah dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar,yaitu sebagai berikut:
Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita di sebut juga aspirasi,adalah target yang
ingin dicapai.Penentu target ini tidak sama bagi semua siswa.Cita-cita atau
aspirasi adalah tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi seseorang (Winkel [1989:96] dalam Darsono.
Kemampuan
belajar
Dalam kemampuan belajar,taraf perkembangan berpikir
siswa menjadi ukuran.Jadi,siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi
biasanya lebih termotivasi dalam belajar.
Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar
berhubungan Dengan kondisi fisik dan kondisi psikologi. Biasanya kondisi fisik
lebih cepat terlihat karna lebih jelas menunjukan gejalanya dari dapa kondisi
psikologi. Kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi, bahkan menghilangkan
motivasi belajar siswa.
Kondisi
Lingkungan
Kondisi lingkungan adalah keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut sangat
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat,
kadang-kadang lemah,dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi yang
sifatnya kondisional.
Upaya
Guru Membelajarkan siswa
Guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa
mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar siswa.
Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan siswa yang diharapkan dapat meningkatkan
motivasi belajar.
Faktor-Faktor Yang Membedakan Motivasi Belajar
Seseorang Dengan Yang Lainnya
Beberapa faktor berikut ini memberikan penjelasan
terjadinya perbedaan motivasi belajar pada setiap orang, di antaranya :
1. Perbedaan fisiologi (physiologi needs), seperti
rasa lapar,haus,dan hasrat seksual.
2. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara
mental,fisik,maupun intelektual.
3. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs)
yang di terimanya.
4. Perbedaan harga diri (self esteem needs)
contohnya barang mewah dan jabatan
5. Perbedaan aktualisasi diri (self
actualization),tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan
potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan.
Tips
–Tips Meningkatkan Motivasi Belajar
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila
seorang siswa tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat
belajar bagi dirinya. Oleh karna itu, dibutuhkan pengondisian tertentu, agar
mereka termotivasi.
Bergaul
dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang orang yang belajar,beprestasi
akan menular kepada diri seseorang,dan jangan heran apabila ada orang yang
tadinya malas menjadi rajin.
Belajar
Pengertian belajar dipahami luas baik secara formal
maupun non formal,siswa belajar tentang ketrampilan siswa belajar
seperti merakit,membuat fil,belajar berwirausaha,dan lain lain.
Bergaul dengan Orang-orang yang Optimis & Selalu
berfikiran Positif.
Di dunia ini ada orang yang terlihat optimis
meskipun masalah menderannya. Kekuatan serta ketabahan dapat kita jadikan
contoh ataupun motivasi. Bergaul dengan mereka akan membangkitkan gairah, dan
rasa optimis.
Memperjelas
tujuan yang ingin di capai
Dengan tujuan dapat mebuat siswa memahami arah
tujuan yang akan dicapai.pemahaman dan tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan
minat siswa untuk belajar dan mingkatkan motivasi belajar mereka.
Peran guru sebagai motivator dalam KTSP
Diantara semua peranan diatas yang paling kuat ialah
peranan guru dalam memotivasi serta cara guru membentuk materi pembelajaran
menjadi menyenangkan bagi anak,Peranan guru merupakah peranan yang akan di
contoh oleh anak.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa psikologi pendidikan membantu pendidik dalam menumbuhkan motivasi belajar
pada peserta didik. Apalagi orang di sekitarnya memiliki berbagai cara untuk
memotivasi anak tersebut maka mungkin, bahwa anak tersebut akan memilik hasrat
dan dorongan belajar yang lebih baik. Dengan adanya kita memberi motivasi yang
baik maka anak tersebut akan menyadari dan akan belajar agar tujuan
yang diinginkan dapat di wujudkan. Seorang guru hanya sebagai motivator dan
inspirator artinya sebagai motivasi dan insprasi guru di harapkan dapat
menceritakan jalan kesuksesan dirinya hingga anak yang mendengarkan akan
terpacu hasratnya untuk mencontoh gurunya, guru merupakan inspirasi bagi
mereka, jadi jangan heran apabila ada bebarapa anak yang ditanya mau apa jadi
besarnya mereka biasanya akan mengatakan saya ingin menjadi guru.Dan juga guru
diharapkan dapat membuka potensi anak didiknya lewat motivasi-motivasi yang dia
berikan.
Daftar rujukan
Wulansari. 2015.Psikologi Pendidikan dalam Meningkatkan
Potensi Siswa Remaja. https://www.kompasiana.com/dewiwulsar/psikologi-pendidikan-dalam-meningkatkan-potensi-siswa-remaja_555473aa739773d31590565c
Rahmawati. 2013.Pentingnya Meningkatkan Motivasi Belajar pada Anak https://hesronfree.wordpress.com/2011/06/04/peranan-motivasi-dalam-belajar/
https://risyati94.wordpress.com/2015/06/17/peran-guru-dalam-meningkatkan-motivasi-belajar-siswa/
http://www.psychoshare.com/file-1877/psikologi-pendidikan/peran-guru-dalam-meningkatkan-motivasi-belajar-siswa.html
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih atas informasinya, semoga diberi keberkahan atas ilmu yang telah dibagikan.
BalasHapusmampir juga ke web saya, tweetilmu
https://tweetilmu.blogspot.com/?m=1