TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (PAVLOV, WATSON, DAN GUTHRIE)
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
(PAVLOV, WATSON, DAN GUTHRIE)
MAKALAH
Untuk
memenuhi tugas matakuliah Belajar dan
Pembelajaran
yang
dibina oleh Dr. Raden Bambang Sumarso, M.Pd.
Oleh Kelompok 8:
Ega
Ardiantinata K. P. (170131601100)
Risa
Erna Wati (170131601012)
Viana Rahamawati (170131601103)

UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
September 2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Belajar dan Pembelajaran yang berjudul “Teori Belajar Behaviorisme (Pavlov,
Watson, Dan Guthrie)” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa
kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi semua umat di muka
bumi ini dengan cahaya kebenaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah ikut membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah ini. Khususnya
kepada dosen pembimbing yaitu Bapak Raden Bambang Sumarsono, S.Pd, M.Pd. yang
telah membimbing dan membagi pengalamannya kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
berbagai kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini. Kami berharap agar makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Aamin.
Malang, 02 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan
Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
Behaviorisme....................................................3
B. Teori Belajar Behaviorisme Menurut Pavlov...........................................4
C. Teori Belajar Behaviorisme Menurut Watson..........................................7
D. Teori Belajar Behaviorisme Menurut Guthrie.........................................8
E. Kelebihan dan Kekurangan Teori
Belajar Behaviorisme.........................11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...............................................................................................
14
DAFTAR RUJUKAN ..........................................................................................15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Ivan
Petrovich Pavlov..............................................................................4
Gambar 2 Eksperimen anjing dengan sinar merah....................................................6
Gambar 3 Eksperimen anjing dengan lonceng..........................................................6
Gambar 4 J.B. Watson...............................................................................................7
Gambar 5 Edwin Guthrie..........................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan
seseorang untuk melakukan aktifitas belajar. Menurut Piaget belajar
adalah aktifitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorangyang telah selesai
melakukan proses belajar akan menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Jika ditinjau dari konsep atau
teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori yang lain. Hal
ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai
asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori behavioristik. Teori
behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru
adalah mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati
tujuan yang diinginkan, dan guru pemberi hadiah siswa yang telah mampu
memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada siswa yang
tidak mampu memperlihatkan perubahan makna.
Oleh
karenanya, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
kelompok kami menyusun makalah teori
belajar menurut aliran behaviorisme yang juga dilatar belakangi oleh rasa ingin
tahu kami yang ingin mengetahui lebih lanjut lagi tentang teori behaviorisme dan diharapkan tidak lagi
muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut,
sehingga pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagimana pendekatan
behaviorisme.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang
dapat dirumuskan dari pemaparan di atas yaitu:
1. Apakah
yang dimaksud dengan teori belajar behaviorisme ?
2. Bagaimana
teori belajar behaviorisme menurut Pavlov?
3. Bagaimana
teori belajar behaviorisme menurut Watson?
4. Bagaimana
teori belajar behaviorisme menurut Guthrie?
5. Apa
kelebihan dan kekurangan dari teori belajar behaviorisme ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan
masalah yang telah dibuat adalah :
1. Mengetahui
tentang
teori belajar behaviorisme ?
2. Mengetahui
teori belajar behaviorisme menurut Pavlov?
3. Mengetahui
teori belajar behaviorisme menurut Watson?
4. Mengetahui
teori belajar behaviorisme menurut Guthrie?
5. Mengetahui
kelebihan
dan kekurangan dari teori belajar behaviorisme ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Belajar Behaviorisme
Aliran behaviorisme berpendapat bahwa berpikir adalah
gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat saraf dan otot-otot bicara
seperti halnya bila kita mengucapkan buah pikiran (Purwanto, 2007:45). Pada
behaviorisme unsur yang paling sederhana adalah refleks. Refleks merupakan gerakan
atau reaksi tak sadar yang disebabkan adanya perangsang dari luar. Semua
keaktifan jiwa yang lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan, dan berpikir,
dikembalikan pada refleks. Dalam penyelidikannya terhadap tingkah laku manusia,
behaviorisme hanya menyoal tingkah laku luar saja (badaniah).
(Thobroni&Mustofa,
2012: 64) Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dicetuskan oleh Gagne dan
Berliner. Aliran ini menerkankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. aliran ini hanya memandang individu dari sisi jasmaniah, dan
mengabaikan aspek aspek mental, yang dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Teori
belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Menurut Harley dan Davies, prinsip-prinsip teori belajar
behaviorisme yang banyak dipakai di dunia pendidikan
ialah sebagai berikut:
1. Proses
belajar dapat berhasil dengan baik apabila peserta didik ikut berpartisipasi secara
aktif didalamnya.
2. Materi pelajaran
diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan logis
sehingga pembelajar mudah mempelajarinya.
3. Tiap-tiap
respons perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga peserta didik dapat
dengan segera mengetahui apakah respons yang diberikan benar atau tidak.
4. Setiap
kali peserta didik memberikan respon yang benar, ia perlu diberi penguatan.
Penguatan positif memberikan pengaruh lebih baik daripada penguatan negatif.
Pandangan
teori behaviorisme, yaitu belajar merupakan proses pembentukan, dengan membawa
peserta didik menuju atau mencapai target tertentu sehingga menjadikan peserta
didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Teori belajar behavioristik
menjelaskan belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dinilai secara konkret.
B.
Teori Belajar Behaviorisme Menurut Ivan Petrovich Pavlov

Gambar 1 Ivan Petrovich Pavlov
(Thobroni&Mustofa,
2012: 64) Ivan Petrovich Pavlov lahir
pada 14 September 1849 di Ryazan, Rusia, yaitu desa tempat ayahnya, Peter
Dmitrievich Pavlov, yang menjadi seorang pendeta. Dia dididik di sekolah gereja
dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai Sarjana Kedokteran
dengan bidang dasar Fisiologi. Pada tahun 1884, ia menjadi direktur Departemen
Fisiologi pada Institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian
mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan Nobel pada bidang
Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengondisian sangat
memengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands pada tahun 1902
dan Conditioned Reflexes pada tahun
1927.
Classic
conditioning (pengondisian atau
persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov pada percobaannya terhadap anjing, perangsang asli,
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain
tampaknya sangat terpengaruh pandangan Behaviorisme, yaitu gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan, maupun
bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru
akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.
Bertitik tolak dari asumsi Pavlov bahwa dengan
menggunakan rangsangan-ransangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian, Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki
kesamaan dengan manusia. Namun, secara hakiki menusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing
sehingga terlihat kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu
makanan, akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kemudian sebelum makanan
diperlihatkan, yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru
makanan. Dengan sendirinya air liur pun akan keluar pula. Apabila perbuatan
yang demikian dilakukan berulang-ulang, pada suatu ketika dengan hanya
memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan, air liur pun akan keluar pula. Makanan
adalah rangsangan wajar, sedangkan sinar merah adalah rangsangan buatan.
Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan
buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada
anjing tersebut. Peristiwa ini disebut “Refleks Bersyarat” atau Conditioned Respons. Pavlov berpendapat
bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov
mengunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata
ditemukan banyak refleks bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.

Gambar 2 Eksperimen
anjing dengan sinar merah
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau
pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat
digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika
lonceng dibunyikan, ternyata air liur anjing keluar sebagai respons yang
dikondisikan.

Gambar 3 Eksperimen
anjing dengan lonceng
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, ada situasi yang
sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls
yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya suara itu asing, tetapi setelah
si penjual es krim sering lewat, nada dari lagu tersebut dapat menerbitkan air
liur, apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan bila tidak ada lagu
tersebut, betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya.
Contoh lainnya adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol atrean
di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesatu, yaitu membedakan
bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang
sering lewat di depan rumah, bel masuk kelas istirahat, atau usai sekolah, dan
antre di bank tanpa harus berdiri lama.
Jadi, dengan menerapkan strategi Pavlov, ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan repons yang diinginkan,
sementara individu tidak menyadari bahwa ia telah dikendalikan oleh stimulus
yang berasal dari luar dirinya.
C.
Teori Belajar Behaviorisme Menurut J.B. Watson

Gambar 4 J.B. Watson
J.B. Watson (Suprijono, 2009: 18) mengemukakan dua
prinsip dasar dalam pembelajaran, yaitu prinsip kekerapan dan dan kebaruan. 1. Prinsip kekerapan
menyatakan bahwa semakin kerap individu bertindak balas terhadap suatu rangsangan,
akan lebih besar kemungkinan individu memberikan tindak balas yang sama
terhadap rangsangan itu.
2.Prinsip
Kebaruan menyatakan bahwa apabila individu membuat tindak balas yang baru
terhadap rangsangan, apabila kelak muncul lagi rangsangan, besar kemungkinan
individu tersebut akan bertindak balas dengan cara yang serupa terhadap
rangsangan itu.
Watson mengadakan eksperimen perasaan takut pada anak
dengan menggunakan tikus dan kelinci. Dari hasil percobaannya dapat ditarik
kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah dan dilatih. Watson melakukan
percobaan pada seorang anak yang mula-mula tidak takut kepada kelinci dibuat
menjadi takut kepada kelinci. Kemudian, anak tersebut dilatih kembali sehingga
tidak lagi takut pada kelinci.
Teori Watson ini disebut pula teori Classical Conditioning yang dipelopori oleh Pavlov. Pavlov
menyimpulkan bahwa gerakan-gerakan refleks dapat dipelajari dan dapat berubah
karena mendapat latihan. Kemudian gerak refleks tersebut dibedakan menjadi dua,
yaitu refleks wajar (Unconditoned reflex)
dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (Conditoned reflex).
Menurut teori ini, belajar adalah proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (Conditions)
yang kemudian menimbulkan reaksi (respons). Penganut teori ini mengatakan
bahwa segala tingkah laku manusia adalah hasil conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau
kebiasaan-kebiasaan bereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang
tertentu yang dialaminya didalam kehidupannya. Kelemahan dari teori ini adalah
sebagai berikut:
a.
Teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis .
b.
Keaktifan dan penentuan pribadi tidak dihiraukan.
c.
Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan.
d.
Pada manusia, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar mengenai
kecekatan (skill) tertentu.
D.
Teori Belajar Behaviorisme Menurut Edwin Guthrie

Gambar 5 Edwin Guthrie
Azas utama
belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti, yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Margaret & Bell, 1991: 109).
Guthrie juga menggunakan variable hubungan stimulus
dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil
belajar yang baru agar tidak hilang dan mencegah perolehan respon yang baru.
Tingkah
laku manusia secara kesluruhan
dapat dipandang sebagai deretan-deretan
tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku tersebut
merupakan reaksi atau respons dari stimulus sebelumnya, kemudian unit tersebut
menjadi stimulus pula yang akhirnya menimbulkan respons bagi unit tingkah laku
yang berikutnya. Dalam buku yang ditulis Suprijono (2009: 19) Guthrie mengemukakan tiga metode untuk
mengubah kebiasaan terutama kebiasaan buruk, yaitu sebagai berikut:
a. Metode ambang (The Threshold Method)
Metode ambang adalah
metode mengubah tindak balas dengan menurunkan atau meningkatkan rangsangan
secara berangsur. Metode ambang
yaitu metode mencari petunjuk yang memicu kebiasaan buruk dan melakukan respons
lain saat petunjuk itu muncul. Misalnya, saat diketahui alasan merokok karena
stres, maka ketika suatau saat stres itu datang lakukan kegiatan lain.
b. Metode meletihkan (The Fatigue Method)
Metode meletihkan adalah menghilangkan tindak balas
yang tidak diinginkan dengan menggalakkan individu mengulangi tindak balas itu
sampai akhirnya ia letih. Metode ini membiarkan respons terus menerus hingga
tidak lagi menjadi fungsi dari stimulus. Misalnya, gadis kecil senang
menyalakan korek api, tugasnya adalah membiarkannya sampai dia merasa
menyalakan korek api tidak lagi menyenangkan.
c. Metode ambang rangsangan (The
Incompatible Response Method)
Metode ransangan tak serasi adalah dengan
memasangkan rangsangan yang menimbulkan tindak balas yang tidak diinginkan. Metode ini memberikan penyandingan terhadap stimuli
karena dianggap dapat menimbulkan respons buruk. Misalnya, ibu memberi anaknya
sebuah boneka, tetapi anak justru takut dan gemetar. Jadi, ibu harus menjadi
stimulus yang dominan agar kombinasi keduanya berbentuk relaksasi.
Ketiga metode di atas menurut Guthrie efektif karena disajikan suatu
petunjuk tindakan yang tidak diinginkan dan berusaha mempengaruhi agar tindakan
itu tidak dilakukan, karena ada stimulus untuk perilaku lain yang terjadi dan
membuat respons yang buruk menjadi tersingkirkan.
Adapun beberapa metode dalam mengubah tingkah laku atau
kebiasaan-kebiasaan pada manusia yang dikemukakan oleh Guthrie adalah sebagai
berikut.
a. Metode reaksi berlawanan (incompatible respose method)
Manusia
adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada perangsangan- perangsangan tertentu.
Jika suatu reaksi kepada perangsang-perangsang telah menjadi suatu kebiasaan,
cara untuk mengubahnya adalah dengan jalan menghubungkan perangsang (stimulus)
dengan reaksi (respons) yang berlawanan dengan reaksi buruk yang akan
dihilangkannya. Contohnya seorang
anak takut pada kelinci. Saat anak takut pada kelinci, berilah anak tersebut
makanan yang disukainya supaya anak tersebut merasa senang. Lakukanlah usaha
ini berkali-kali sampai anak tersebut tidak takut lagi kepada kelinci.
b. Metode membosankan (Exchaustion Method)
Pada
metode ini, hubungan antara asosiasi, perangsang, dan reaksi pada tingkah laku
yang buruk dibiarkan saja sampai lama mengamalami keburukan itu sehingga
menjadi bosan. Contohnya seorang
anak berusia tiga tahun senang bermain-main dengan korek api. Kemudian anak
tersebut diberikan satu pak korek api untuk dimainkannya secara terus-menerus,
lama-kelamaan anak akan menjadi bosan bermain korek api.
c. Metode mengubah lingkungan (Change of Environtment)
Suatu
metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara
perangsang dan reaksi yang buruk akan dihilangkan. Yakni, dengan menghilangkan
kebiasaan buruk yang disebabkan oleh suatu perangsang dengan mengubah
perangsangannya. Contohnya, mengubah
tingkah laku buruk seorang anak di sekolah atau dengan cara memindahkan anak
tersebut ke sekolah lain. (Purwanto, 2007: 94-95)
E.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behaviorisme
Aliran behaviorisme mendapatkan
beberapa tanggapan yang bersifat kurang efisien dalam pembelajaran karena tidak
mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Namun disamping itu aliran ini
juga dianggap efisien dan mempunyai banyak kelebihan dalam pembelajaran. (Thobroni & Mustofa,
2012: 64) penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan pada aliran behaviorisme
dalam pembelajaran.
Kelebihan
teori belajar behavioristik:
a. Membiasakan
guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
b. Guru tidak
banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika
menemkan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
c. Mampu
membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan
perilaku yang kurang sesuai mendapat penguatan negatif yang didasari pada
perilaku yang tampak.
d. Dengan
melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan
bakat dan kecerdasan pserta didik yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak
sudah mahir pada bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan
pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
e. Bahan ajar
yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu keterampilan tertentu mampu menghasilkan suatu perilaku yang
konsisten terhadap bidang tertentu.
f. Dapat
mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan seterusnya sampai
respons yang diinginkan muncul.
g. Teori ini
cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
h. Teori ini
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran
orang dewasa, suka mengulangi, dan harus dibiasakan, suka meniru, dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
Kekurangan
teori belajar behavioristik:
a. Sebuah
konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap.
b. Tidak
setiap mata pelajaran dapat menggunakan metode ini
c. Murid
berperan sebagai pendegar dalam proses pembelajaran dan menghafalakan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
d. Penggunaan
hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap
metode yang paling efektif untuk menertibkan peserta didik.
e. Murid
dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
f. Murid
hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif
peserta didik terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak
bisa diselesaikan oleh peserta didik.
g. Cenderung
mengarahkan peserta didik untuk berpikir linear, konvergen, tidak kreatif,
tidak produktif, dan mendudukkn siswa sebagai individu yang pasif.
h. Pembelajaran
peserta didik yang berpusat ada guru bersifat mekanistik dan hanya berorientasi
pada hasl yang dapat diamati dan diukur.
i.
Penerapan metode yang salah dalam
pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak
menyenangkan bagi peserta didik, yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih,
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori belajar behaviorisme menurut Ivan Petrovich Pavlov
mengungkapkan bahwa ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus buatan yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
repons yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia telah
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Peristiwa ini
disebut “Refleks Bersyarat” atau Conditioned
Respons.
Teori belajar behaviorisme menurut J.B. Watson disebut
pula teori Classical Conditioning mengungkapkan
bahwa segala tingkah laku manusia adalah hasil dari latihan-latihan atau
kebiasaan-kebiasaan bereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang
tertentu yang dialaminya didalam kehidupannya. Watson mendefinisikan belajar
sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon
yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur
Teori
belajar behaviorisme menurut Edwin Guthrie mengungkapkan bahwa hubungan
antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu
dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus
agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Ia juga
mengemukakan agar macam stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan bahkan
menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan
stimulus tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuma yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah
kebiasaan dan perilaku seseorang.
DAFTAR RUJUKAN
Margaret E. Bell
Gredler. 1991. Belajar Dan Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali
Press.
Purwanto, Drs. M. Ngalim. 2007.
Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. (Cetakan
Kesembilanbelas). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suprijono, A. 2009. Cooprative Learning: Teori dan Aplikasi
PIKEM. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar.
Thobroni, M. dan Mustofa, A.
2012. Belajar dan Pembelajaran :Pegembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan
Nasional. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Komentar
Posting Komentar